Kamis, 13 Desember 2012

Sedekah?

Manfaat sedekah bisa diungkapkan sebagai bentuk jihad di jalan Allah SWT. Selama ini seringkali dipahami bahwa jihad dilakukan dengan berperang. Padahal tidak selalu demikian. Jihad bisa dilakukan dalam bentuk harta dan jiwa. Bahkan orang yang tengah menuntut ilmu adalah orang yang sedang berjihad.
Sehingga sedekahpun juga termasuk didalamnya. Seperti yang diungkapkan dalam Q.S Ash Shaff : 11 yang berbunyi "(Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya."


Terkadang kita ingin bersedekah dalam jumlah yang besar dan signifikan, maka pada saat itulah perlu rasanya kita memilih dan memprioritaskan siapa-siapa saja yang paling berhak dan paling layak menerima sedekah kita. Adapun sedekah kecil-kecilan seperti dalam perjalanan bukan termasuk yang kita bahas pada kali ini, karena tidak perlu terlalu kita repo-repot memilih dan menyeleksinya.

Ada beberapa hal yang dianjurkan syariah kita dalam memilih mereka yang akan menerima sedekah kita, antara lainnya sebagai berikut :

1. Termasuk yang sholeh dan bertakwa,  bukan ahli maksiat. Rasulullah SAW telah memberi isyarat dengan melarang mengundang orang fasiq dalam jamuan makan yang kita adakan, beliau bersabda : “ Janganlah berteman kecuali dengan seorang mukmin, dan jangan makan makananmu (yg engkau sediakan) kecuali orang bertakwa” (HR Abu Daud). Memberikan sedekah kepada orang yang ahli maksiat, hanya akan menambah amunisi baru baginya dalam bermaksiat. Tentu hal yang paling kita takutkan adalah jika harta kita turut membantu memperluas kemaksiatannya.

2. Hendaknya mencari yang berilmu : dalam arti mampu mengelola harta yang ada, bukan pemboros yang hanya menghabiskan uang dalam seketika, tanpa jejak sama sekali dalam kehidupannya. Allah SWT berfirman : “ dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang bodoh (belum sempurna akalnya), harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.” (QS An-Nisa 6). Tentu kita semua menginginkan bahwa harta sedekah kita bisa berkah dan berbuah pada waktu-waktu berikutnya, bisa digunakan untuk modal usaha atau hal-hal produktif lainnya.

3. Mempunyai Harga Diri dan Tahu Hakikat Rejeki : Artinya tidak meminta-minta secara berlebihan, apalagi jika tidak dalam kondisi yang membutuhkan. Disekitar kita budaya meminta-meminta sudah terlalu mengakar, padahal hal tersebut adalah sesuatu yang dimakruhkan dalam Islam. Begitu pula kita memilih mereka yang tahu akan hakikat rejeki, dalam arti tidak menganggap kita sebagai ‘dewa penolong’, tapi menyadari bahwa pemberian kita adalah rejeki dari Allah SWT kepadanya yang dititipkan kepada kita. Inilah mungkin yang diisyarat dalam firman Allah SWT : “ (Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat  di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang Kaya karena memelihara diri dari minta-minta. kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak.” (QS Al Baqoroh 273)

4. Diutamakan kerabat dekat terlebih dahulu : Secara umum sedekah bisa kita berikan kepada siapa saja, dengan prioritas sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Quran : “ Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." (QS Al Baqoroh 215). Secara khusus memberikan sedekah kepada kaum kerabat mempunyai keutamaan ganda, sebagaimana diisyaratkan dalam hadits Rasulullah SAW, beliau bersabda : ''Sedekah kepada orang miskin mendapatkan satu pahala, sedangkan sedekah kepada kerabat mendapatkan dua pahala; pahala bersedekah dan pahala bersilaturahim.'' (HR At-Tirmidzi). Orang yang terdekat bagi kita lainnya adalah para tetangga kita. Sedekah kita semestinya juga diprioritaskan bagi para tetangga, jangan sampai kita termasuk dalam gambaran sabda Rasulullah SAW : Bukanlah orang yang beriman bagi orang yang kenyang perutnya, sedangkan tetangganya kelaparan hingga tampak tulang rusuknya.( HR. Bukhari dari Ibnu Abbas ra)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar